“Don't Just.....Don't just learn, experience. Don't just read, absorb. Don't just change, transform. Don't just relate, advocate. Don't just promise, prove. Don't just criticize, encourage. Don't just think, ponder. Don't just take, give. Don't just see, feel. Don’t just dream, do. Don't just hear, listen. Don't just talk, act. Don't just tell, show. Don't just exist, live.”
Roy T. Bennett
Teori Abraham Maslow mengatakan bahwa seseorang akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan di atasnya ketika kebutuhan pada suatu tingkatan telah terpenuhi. Kebutuhan menurut Maslow adalah berjenjang yang digambarkan dalam segitiga piramid, meliputi;
- Kebutuhan dasar,
- Keamanan,
- Sosial,
- Cinta,
- Aktualisasi diri.
Seseorang akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan keamanan (tingkat 2) setelah kebutuhan dasar (tingkat 1) telah dapat dipenuhinya. Sebelum dapat memenuhi kebutuhan dasar seseorang tidak akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan keamanan. Demikian pula seseorang yang telah memenuhi kebutuhan dasar maka orang tersebut akan termotivasi untuk memenuhi kebutuhan keamanan. Terpenuhinya kebutuhan keamanan akan mendorong seseorang untuk dapat memenuhi kebutuhan sosial. Demikian seterusnya, sehingga seseorang akan termotivasi untuk melakukan aktualisasi diri setelah 4 kebutuhan di level bawahnya telah terpenuhi.
Teori kebutuhan dan motivasi yang digambarkan Maslow ini merupakan teori yang paling banyak dianut karena memang teori ini mampu mengambarkan lebih mudah tentang perilaku seseorang dalam memenuhi kebutuhannya. Namun demikian, ternyata pola perilaku seseorang dalam memenuhi kebutuhan tidak selalu tumbuh dari tingkat 1 ke tingkat 5. Artinya tidak selalu seseorang yang telah memenuhi kebutuhan dasar, kemudian memenuhi keamanan, sosial, cinta, dan kemudian aktualisasi diri.
Seringkali seseorang berhenti dan berputar-putar pada kebutuhan dasar, keamanan, dan sosial. Setelah terpenuhinya kebutuhan sosial seseorang akan memenuhi kebutuhan dibawahnya lagi, dan kemudian memenuhi kebutuhan sosial lagi, tidak mampu memotivasi diri untuk memenuhi kebutuhan pada level cinta, apalagi memenuhi kebutuhan level aktualisasi diri.
Seseorang yang telah mampu memenuhi kebutuhan dasar yang meliputi makan, minum, tempat tinggal, dan kebutuhan dasar lainnya, akan berusaha untuk dapat memenuhi kebutuhan keamanannya. Mulai memikirkan asuransi untuk melindungi anak-anak dan keluarganya, membeli mobil untuk mengganti motor yang mungkin kurang memiliki keamanan di jalan, membangun pagar atau perlindungan-perlindungan lain untuk memenuhi rasa amannya.
Setelah berbagai kebutuhan keamanan ini terpenuhi seseorang akan berusaha untuk memenuhi kebutuhan untuk mendapatkan pengakuan sosial. Seseorang akan membeli baju dengan merk yang lebih terkenal untuk mendapatkan pengakuan sosial, membeli mobil dengan jenis dan harga yang lebih bergengsi untuk mendapat pengakuan sosial sebagai orang yang sukses. Membeli rumah di daerah yang lebih bergengsi untuk mendapatkan pengakuan sebagai kelas tertentu dari masyarakat, demikian seterusnya.
Namun sayangnya, seringkali seseorang akan berputar-putar terus pada kebutuhan ini. Membeli baju, mobil, rumah dan hal-hal materialistik lainnya tidak akan pernah terbatas, karena barang-barang seperti itu selalu dikeluarkan baru setiap tahunnya, sehingga seseorang yang terjebak pada materialisme dan akan berputar-putar untuk memenuhi kebutuhan ini dalam waktu lama, bahkan mungkin sampai mati, dan belum termotivasi untuk memenuhi kebutuhan cinta dan aktualisasi diri.
Level kebutuhan cinta merupakan level kebutuhan seseorang untuk dicintai dan mencintai, pada level ini seseorang melakukan sesuatu diarahkan untuk mendapatkan cinta atau memberikan cinta pada yang dikerjakannya. Seseorang menjadi ketua sebuah asosiasi profesi tanpa memperoleh bayaran apapun dari jabatannya sebagai ketua, merupakan wujud dari kebutuhan ini. Demikian juga seseorang yang mengambil inisiatif untuk menjadi pimpinan di masyarakat yang bersifat sosial, membantu korban bencana, mengerjakan pekerjaan lebih dari yang dipersyaratkan karena kecintaannya pada profesi ini merupakan wujud dari upaya untuk memenuhi kebutuhan pada level ini.
Sedangkan level kebutuhan aktualisasi diri merupakan level kebutuhan seseorang untuk bekerja bukan karena apapun kecuali untuk memberikan sumbangsih pada sesuatu yang dimilikinya. Pada level ini seseorang tidak mendedikasikan apa yang dikerjakannya untuk siapapun, kecuali untuk menghasilkan sesuatu sebagaimana yang dicita-citakan. Seseorang membuat sesuatu karya bukan untuk dijual, tetapi untuk mewujudkan idenya terhadap sesuatu yang diinginkan. Pada level ini seseorang termotivasi mengerjakan sesuatu bukan karena ada uang atau pujian atau perintah, tetapi karena keinginan dari diri sendiri untuk mewujudkan keinginannya atau gagasan-gagasannya.
Jika pada kebutuhan untuk memenuhi gagasan-gagasan dari diri sendiri tersebut dijiwai oleh ketuhanan maka jadilah perbuatan pada level aktualisasi diri tersebut merupakan perbuatan yang disebut dengan Ikhlas. Ikhlas merupakan sikap dan perbuatan yang melaksanakan sesuatu hanya karena Tuhan YME, tidak karena yang lain. Orang yang ikhlas melaksanakan kegiatan tidak untuk mendapatkan imbalan, pujian, atau karena ketakutan-ketakutan, tetapi apa yang dilakukan karena keinginannya mendapat Ridha Tuhan semata.
Jika melihat dari level kebutuhan Maslow yang paling atas tersebut sangat berbeda dengan level kebutuhan Maslow empat dibawahnya. Pada level kebutuhan Maslow tiga paling bawah nampak sangat bersifat materialistik, sedangkan kebutuhan Maslow level empat merupakan peralihan dari sifat materialistik menuju spiritualis, sedangkan kebutuhan level lima bersifat spiritualis. Perpindahan itulah yang kemudian seringkali menjadi kendala besar bagi sebagian besar orang. Motivasi materialis merupakan suatu dorongan berbuat dan bertindak yang dilakukan dengan harapan untuk mendapatkan sesuatu yang bersifat materi di luar diri sendiri. Sedangkan Motivasi spiritualis adalah dorongan untuk berbuat dan bertindak yang didorong dari dalam diri sendiri tanpa mengharapkan untuk mendapatkan sesuatu yang bersifat materi di luar dirinya. Karena perpindahan motivasi yang ekstrim inilah yang kemudian banyak orang tidak berhasil berpindah dari motivasi materialis pada level satu, dua dan tiga ke level spiritualis pada level empat, dan lima.
Dalam konsep organisasi modern tentu tidak ada satupun organisasi yang membuat miskin dan tidak sejahtera para anggota organisasinya. Apalagi organisasi tersebut merupakan organisasi profit baik jasa maupun manufacture. Bahkan organisasi modern non profit pun selalu memiliki kemampuan yang baik dalam mensejahterahkan anggotanya dengan memenuhi berbagai kebutuhan materi nya. Gaji, fasilitas, dan status yang baik adalah bentuk-bentuk kebutuhan materi sebagai konsekuensi dari bekerja di suatu organisasi yang baik. Namun demikian, apakah hal-hal yang bersifat materialis tersebut dapat menumbuhkan kebahagiaan dan kemudian menumbuhkan dorongan dalam diri sendiri untuk bekerja lebih? Apakah orang-orang tidak semakin pamrih terhadap sesuatu yang bersifat materi? Saya akan mengerjakan sesuatu jika saya mendapatkan sesuatu. Dapatkah orang-orang yang ada dalam organisasi berpindah dari motivasi untuk memenuhi kebutuhan level satu, dua, dan tiga ke motivasi kerja untuk memenuhi kebutuhan level empat, dan lima?
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, dalam organisasi yang baik berbagai kebutuhan materi secara standar telah tersedia, untuk itu organisasi harus mampu membalik motivasi kerja orang-orang yang ada dalam organisasi dengan membalik teori yang dikemukakan oleh Maslow. Organisasi harus mendorong dan memberikan role models agar orang-orang di dalam organisasi melakukan pekerjaan karena; 1) aktualisasi diri, 2) cinta, 3) sosial, 4) keamanan, dan 5) kebutuhan dasar.
Apakah bisa diimplementasikan? Berbagai contoh kehidupan di masyarakat menunjukkan bahwa banyak orang miskin yang melakukan pekerjaan untuk didermakan atau diamalkan, banyak pula orang-orang miskin yang kemudian melakukan berbagai pekerjaan-pekerjaan yang dilakukannya tanpa pamrih kepada siapapun. Kondisi ini berarti seseorang mampu berbuat pada level lima teori Maslow, walaupun kebutuhan level satu belum terpenuhi. Apalagi di organisasi yang baik, dimana kebutuhan level satu dan dua seringkali sudah terpenuhi , maka tugas organisasi adalah untuk mengeluarkan orang-orang yang ada di dalam organisasi dari level bekerja dengan motivasi materialis ke motivasi bekerja pada level spiritualis. Untuk itulah organisasi harus memberikan role models agar orang-orang di dalam organisasi bekerja karena ingin mengaktualisasikan dirinya. Orang-orang dalam organisasi harus didorong untuk bekerja karena bekerja adalah bagian dari ibadah, karena bekerja adalah keinginan dari dalam diri mereka untuk menghasilkan karya, bekerja karena termotivasi untuk memberikan manfaat kepada organisasi, orang lain, masyarakat, atau bahkan negara, bukan bekerja untuk mendapatkan pujian atau mendapatkan hal-hal yang bersifat tambahan materi.
Dengan budaya kerja sebagaimana di atas maka orang-orang yang bekerja di dalam organisasi akan menjadi orang-orang yang berbahagia di tempat kerjanya, mereka akan terbiasa untuk menggerakan dan memerintah diri sendiri, mereka juga tidak memerlukan pengawasan yang berlebihan, karena mereka dapat mengawasi dirinya sendiri, juga mereka dapat menggerakkan dirinya sendiri. Kondisi seperti ini merupakan modal penting dalam organisasi untuk meningkatkan produktifitasnya menuju organiasi yang unggul.
Kembali ke reportase.... Siang tadi Bandung diguyur hujan cukup deras, hingga menyebabkan beberapa orang Spartan datang terlambat karena harus berteduh di perjalanan menuju GOR ABA. Bahkan ada beberapa orang yang membatalkan kehadirannya karena sikon tidak memungkinkan dia untuk melanjutkan perjalanannya.
Turnamen mingguan Sparta edisi minggu ke-32, tidak kaya biasanya. Karena dari hasil drawing, tak terprediksi secara bulat siapa yang bakal jadi juaranya. Dan memang terlihat dari result turnamen kali ini. muncul beberapa nama-nama baru yang performanya patut diperhitungkan. formasi-formasi tandem pasangan baru, yang sebelumnya tak pernah berpasangan, menghasilkan kolaborasi yang sangat bagus.
Di grup A pasangan Atep K dan Alex berhasil menjadi juara grup, disusul oleh pasangan Gilang R dan Fatoni sebagai runner up-nya. Sementara di grup B terjadi pertarungan yang sangat ketat, karena masing-masing pasangan saling mengalahkan. Pasangan Alvian dan Rama yang semula diprediksi bakal jadi juara grup B, malah harus tersungkur ke posisi nomor buncit dan harus gugur, setelah pada laga terakhir mereka dikalahkan oleh pasangan Ismail dan Iyan. Ismail dan Iyan berhasil mengukuhkan diri mereka sebagai juara grup B, dan posisi runner up diraih oleh pasangan Agun dan Fareza. Raihan Agun dan Fareza pada debut pertama mereka cukup memberi kejutan.
Drawing semifinal mempertemukan lawan-lawannya secara menyilang. Laga semifinal terlihat sebagai laga semifinal ideal, karena 2 partai itu diselesaikan dengan poin sangat ketat. Pada laga semifinal bagan atas dimenangkan oleh Atep K dan Alex 42-39 atas lawannya Agun dan Fareza. Lalu pada bagan bawah Ismail dan Iyan secara mengejutan sukses menumbangkan Gilang R dan Fatoni dengan skor super ketat 42-41.
Pada babak final, dominasi Atep K dan Alex tak terbentung. Penampilan mereka makin solid. variasi serangan dan pertahanan yang sulit ditembus membuat Ismail dan Iyan keteteran. Ismail dan Iyan tampil tertekan, hingga membuat permainan mereka tidak berkembang. Sete pertama ditutup dengan skor yang cukup jauh, yaitu 21-11 untuk keunggulan Atep K dan Alex. Pada set kedua tak ada perubahan signifikan. Atep K dan Alex masih mendominasi permainan. Hingga partai final ditutup 42-30 untuk kemenangan Atep K dan Alex.
Inilah nama-nama juara minggu ini;
Juara 1 Atep K dan Alex
Juara 2 Ismail dan Iyan
Juara 3 Agun dan Fareza / Gilang R dan Fatoni
Dan dibawah ini adalah catatan selengkapnya dari result turnamen minggguan Sparta edisi minggu ke-32 disertai dengan update ranking Sparta dan akumulasi perolehan medali Sparta;
![]() |
Road to final |
![]() |
Update ranking Sparta |
![]() |
Akumulasi perolehan medali Sparta |
Sekian reportase kita kali ini, sampai jumpa lagi di reportase-reportase berikutnya. Salam Olahraga!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar