"Life isn't about finding yourself. Life is about creating yourself."
George Bernard Shaw
“Jadilah dirimu yang sebenar-benarnya.” kata Polonius di Hamlet, karya William Shakespeare yang ditulis lima abad lalu.
Siapakah kamu?
Mari bayangkan sebuah skenario. Saat kamu hendak memperkenalkan diri di sebuah lingkungan kerja baru, secara naluriah dan tanpa banyak berpikir kamu akan memberikan nama, usia, latar belakang, pekerjaan dan hobimu, mungkin bagimu ini sudah cukup untuk mendefinisikan “dirimu”.
Dalam skenario lain yang lebih santai — saat memperkenalkan diri dalam lingkup grup sosial baru misalnya — kamu mungkin akan memberikan beberapa hal yang lebih personal, seperti menyebutkan minat khusus yang sedang kamu dalami, series/anime yang sedang kamu tonton belakangan ini, tokoh idola atau superhero favoritmu, atau bahkan mengungkap tipe MBTI-mu, kamu akan menjawabnya dengan nada yang lebih bersemangat.
Namun, ini semua bukanlah dirimu yang sebenarnya. Ini hanyalah aspek atau bagian dari dirimu. Dirimu yang sebenarnya adalah seluruh bagian dari dirimu, dirimu secara utuh. Bukan salah satu atau sebagian saja.
Lalu, siapa dirimu yang sebenarnya? Pikirkan sejenak, saat kamu sendirian, merefleksi kembali pertanyaan ini, apakah kamu benar-benar tahu jawabannya? Mungkin kamu tahu. Mungkin tidak. Atau mungkin kamu “pikir” kamu tahu, padahal kamu sama sekali tidak tahu. Apakah diri kita yang sebenarnya selaras dengan jati diri kita?
Menurut KBBI, jati diri adalah: “ciri-ciri, gambaran, atau keadaan khusus seseorang atau suatu benda; identitas.”
Secara singkat, jati diri berhubungan dengan identitas. Identitas yang dimaksud adalah bagian dari “inner-self” kita: bagian dalam dari diri kita yang tak kasat mata; perasaan, intuisi, nilai, keyakinan, kepribadian, pikiran, emosi, fantasi, spiritualitas, keinginan, dan tujuan.
Menurut saya jati diri bukan dicari, namun dipahami.
Banyak orang melakukan perjalanan “pencarian jati diri” tanpa benar-benar memahami diri mereka. Hasilnya, sebagian dapat “menemukan” jati diri mereka (dengan rentang waktu yang berbeda-beda), namun sebagian lain merasa tak kunjung sampai pada tujuannya, bahkan hingga akhir hayatnya. Mereka hidup tanpa benar-benar memahami siapa diri mereka sebenarnya. Layaknya sebuah “ikan tak bernyawa” yang hanya mengikuti arus lautan, mengapung kemanapun dibawanya.
Apakah jati diri dapat hilang dan pergi?
Sebagian dari kita merasa dapat menemukan jati diri beberapa kali dalam hidup, kita berpikir bahwa jati diri kita saat masih berusia 17 tahun dan 35 tahun akan berbeda. Pasti kamu juga pernah mendengar istilah orang yang ‘kehilangan jati diri’. Lalu, apakah masih bisa dikatakan sejati apabila ia dapat berubah-ubah, hilang dan pergi?
Agar tidak terjebak dalam pemikiran ini, sekali lagi kita perlu mengubah pola pikir kita: jati diri bukan dicari, tapi dipahami. Apabila jati diri “dicari”, maka di momen saat kita merasa menemukannya, kita bisa dengan mudah merasa “telah sampai pada tujuan”, padahal proses pemahaman jati diri akan terus berlaku seumur hidup kita. Jati diri perlu dipahami, dan pemahaman ini adalah bagian dari kehidupan itu sendiri.
Poinnya adalah: tak perlu mencari jati diri ke luar sana, melainkan lihat dan pahamilah ke dalam dirimu sendiri.
“Can you remember who you were, before the world told you who you should be?” — Charles Bukowski
Mengapa penting untuk memahami diri kita sebenarnya?
Setiap orang itu unik (kecuali kamu bisa mengkloning dirimu sendiri), maka jati dirimu yang sebenarnya tidak dapat dikotak-kotakkan oleh label apa pun. Memahami diri kita menjadi penting untuk dapat benar-benar “menjalani hidup”, bukan hanya “memainkan peran” dalam hidup ini.
Ironisnya, sebagian besar dari kita berpikir sudah mengenal diri kita dengan baik, namun studi psikologi terbaru menyatakan sebaliknya. Psikolog Tasha Eurich dalam buku “Insight” menyatakan sebuah statement keras: “Almost nobody is self-aware.”
Banyak dari kita sebenarnya “berdelusi” tentang konsep yang kita buat atas diri kita sendiri.
Hal ini dapat terjadi karena sebagian besar hidup kita digunakan untuk mengikuti apa yang menarik bagi kita, apa yang berhubungan dengan diri kita, yang mana sesungguhnya ini hanyalah alasan untuk bisa menjadi “bagian dari sesuatu”. Sebagai makhluk sosial, kita cenderung mengikuti arus mainstream karena kita ingin menjadi bagian dari hal yang lebih besar.
Apakah artinya kita harus menjadi individualis yang egosentris? Tentu bukan. Tidak salah mencari inspirasi dan aspirasi dari orang atau tokoh yang kita kagumi, justru baik sebagai tolak ukur kita dalam mengejar mimpi atau mencapai tujuan dalam hidup. We all need someone to look up to. Tapi, pada titik tertentu kita harus membuat keputusan untuk diri sendiri berdasarkan kemampuan kita, memahami diri tanpa berada di bawah bayangan sosok atau orang lain, supaya kita bisa lebih bertanggung jawab terhadap diri kita sendiri, dan dapat mencari solusi ketika rintangan hidup — yang seringkali tanpa aba-aba — dilempar secara kasar ke muka kita. Semua ini dapat dilakukan dengan mulai memahami diri kita sendiri secara sadar dan bertanggung jawab. Bukan secara mentah-mentah menerima pemberian “cap identitas” dari orang lain. Embrace who you are, not what the world says you should be, and the rest will follow.
“The privilege of a lifetime is to become who you really are.” — Carl Jung
Memahami jati diri adalah proses seumur hidup.
Ketika saya masih SD, saya tidak benar-benar tahu siapa diri saya, apa yang saya perjuangkan, nilai apa yang saya pegang, apa tujuan hidup saya dan lain sebagainya. Saat lulus kuliah, saya mulai bisa memahami hal tersebut sedikit demi sedikit. Pemahaman jati diri secara kongruen ini berpengaruh terhadap hidup saya, bagaimana saya bertindak dan berinteraksi dengan orang lain. Tentu ada kalanya saya terjatuh, salah, kalah dan gagal. Namun hal terbaik dari semua itu adalah, saya tidak perlu menyalahkan keadaan (apalagi orang lain), karena saya telah lebih jujur terhadap diri sendiri. Kegagalan saya adalah karena pemahaman diri saya yang belum sempurna. Saya hanya perlu terus belajar lagi dan lagi.
Memahami diri kita artinya memahami perasaan, intuisi, nilai, keyakinan, kepribadian, pikiran, emosi, fantasi, spiritualitas, keinginan, dan tujuan kita.
Tidak apa-apa jika kita tidak dapat memahaminya secara utuh saat ini. Keseluruhan proses pemahaman jati diri adalah perjalanan panjang yang perlu dilatih. Latihan ini dapat dimulai dengan mempertanyakan “inner-self" kita, melakukan introspeksi secara konstan, menjadi lebih sadar (aware) terhadap pikiran dan perasaan kita, serta menyelaraskannya dengan action kita. Sekali lagi, ini adalah proses belajar seumur hidup. Maka selama kita masih bernafas di dunia ini, tentu tidak pernah terlambat untuk memulainya.
“Knowing yourself is the beginning of all wisdom.” — Aristotle
Saat kita dapat memahami diri sendiri dan memutuskan untuk menampilkan diri otentik kita yang tidak sempurna ini pada dunia, kita menerima bagian diri kita yang sesungguhnya, sehingga dari situlah kita dapat terus menerus belajar dan berkembang untuk menjadi manusia yang lebih berguna. Kebenaran diri lah yang akan menulis “cerita asli” hidup kita — alih-alih didikte atau dituliskan oleh orang lain. Pada masanya, cerita ini tak hanya akan tertinggal sebagai memori yang akan sirna dan terlupakan saat kita telah tiada, melainkan sebagai bukti nyata bahwa kita, sebagai diri kita yang sebenar-benarnya, dapat memberi pengaruh kepada dunia.
Because everything we do — no matter how small — will leave an impact on the world. At some point, to someone, it matters.
Maka, pertanyaan selanjutnya adalah, beranikah kamu menjadi dirimu yang sebenarnya?
Kwmbali ke reportase... Minggu 10 september merupakan Turnamen Mingguan Sparta edisi minggu ke 31. Masih tak banyak perubahan masalah kehadiran mengingat masih banyak anak rantau yang belum kembali ke bandung. Tapi gpp, agenda harus terus berjalan sekalipun ada beberapa hal yang kadang membuat admin harus mengelus dada.
Satu hal yang menggembirakan, hari ini kita kedatangan member baru yang namanya Topan Prayoga. Selamat bergabung dengan keluarga Sparta, ya.
Drawing minggu ini boleh dibilang cukup merata dan hampir sama kuat. Yang paling menonjol mungkin hanya pasangan Fatoni dan Faisal R, maka tak mengherankan bila langkah mereka begitu mulus.
Grup A, Juara grup: Apin dan Hizkia Ken runner up grup: Fathur dan Peter
Grup B, Juara grup: Fatoni dan Faisal R runner up grup: Huda dan Kencana
Hasil drawing semifinal kembali mempertemukan sesama juara dan runner up grupnya masing-masing. Apin dan Hizkia Ken yang berhadapan dengan Fathur dan Peter, tanpa ada kendala menang 42-33. Sementara Fatoni dan Faisal R yang kembali bertarung dengan Huda dan Kencana, untuk kedua kalinya memenangi pertandingan. Mereka menang dengan skor cukup meyakinkan 42-30.
Pertemuan antara pasangan Apin dan Hizkia Ken dengan Fatoni dan Faisal R boleh dibilang merupakan partai final ideal minggu ini. Karena kedua finalis ini unggul atas lawan-lawannya sejak babak penyisihan hingga semifinal. Mereka memenangkan semua laga alias tak kehilangan satu partai pun.
Set pertama babak final dibuka lumayan seru. Kedua pasangan kelihatan tak mau mengalah begitu saja dari lawannya. Hizkia Ken yang baru pulang dari luar kota, setelah seminggu keliling Jawa. Tak bisa dipungkiri kali ini dia tampil kurang prima, karena mengalami kelelahan fisik. Ditambah lagi Apin dan Hizkia Ken bertanding lebih banyak di babak penyisihan dibandingkan dengan kompetitornya. Fatoni dan Faisal R yang tampil ciamik dan saling melengkapi. Rotasi mereka di lapangan pun, terlihat kompak. Tanpa basa basi Fatoni dan Faisal R langsung meninggalkan perolehan poin lawannya. Mereka membungkus set pertama dengan 21-15.
pada set kedua, Apin dan Hizkia Ken tidak diberi ruang untuk berkembang oleh Fatoni dan Faisal R. Mereka tak bisa memberikan perlawanan maksimal. Setelah perolehan poin mereka tertinggal makin jauh, tak banyak yang bisa mereka lakukan, selain sabar dan tawakal he he he... Babak final ditutup dengan 42-27 untuk kemenangan Fatoni dan Faisal R.
Inilah nama-nama yang menjadi juara minggu ini, 10 September 2023;
Juara 1 Fatoni dan Faisal R
Juara 2 Apin dan Hizkia Ken
Juara 3 Fathur dan Peter/Huda dan Kencana
Dan dibawah ini adalah catatan selengkapnya dari result Turnamen mingguan Sparta edisi minggu ke-31 tahun 2023;
![]() |
Road to final |
![]() |
Bagan turnamen |
![]() |
Update ranking Sparta |
![]() |
Akumulasi perolehan medali Sparta |
“Never stop just short of discovering the real you. Even if it takes you until your last breath to get there, the journey along the way will be well worth it.” ― Christine E. Szymansk. Sekian reportase kita kali ini. Sampai jumpa lagi di reportase-reportse selanjutnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar