Powered By Blogger

Minggu, 21 Juli 2024

Reportase Turnamen Sparta Supreme Cup, 21 Juli 2024

"A true champion is a true champion. They go fight and win or lose, give it their all."

Glover Teixeira


Bisa jadi ada masa dalam hidup kita, bahwa apa yang terjadi pada diri kita tidak sesuai dengan apa yang kita bayangkan. Kecewa? Mungkin. Sedih? Mungkin juga. Seberapa jauh perasaan itu sampai mengganggu kita, membuat kita frustasi bahkan putus asa? Mengapa seringkali kita siap jika kita berhasil mendapatkan sesuatu yang kita inginkan, namun tidak siap ketika kenyataan tidak sesuai dengan apa yang kita inginkan? Apakah kita memiliki ekspektasi yang berlebihan? Sehingga ketika kita kalah, ketika belum berhasil, merasa frustasi?

Flyer Sparta Supreme Cup 2024

Kalau saya bertanya, sebenarnya apa sih ekspektasi itu? Seringkali orang yang saya tanyakan menjawab, bahwa ekspektasi itu harapan. Ya, cukup banyak orang yang menyamakan ekspektasi dengan harapan. Lho, apakah kemudian itu salah? Tidak sepenuhnya benar, dan tidak sepenuhnya salah.

Jika merujuk pada beberapa sumber, harapan sering diartikan sebagai pandangan umum dalam memaknai suatu hasil yang dilihat dari berbagai sudut pandang. Nah, harapan ini tidak hanya dilihat dari kepentingan diri sendiri saja, tetapi ingat, dari berbagai sudut pandang. Sementara itu, ekspektasi lebih bersifat egosentris, di mana ekspektasi ini seringkali hanya difokuskan pada keinginan pribadi saja. Misalnya, “saya itu inginnya kamu seperti begini begitu”, “saya maunya saya nanti bisa begini begitu”, dan seterusnya.

Mengapa sih manusia sering memiliki ekspektasi? Pada dasarnya, ekspektasi itu adalah sesuatu yang lumrah dimiliki individu, manusiawi. Hal itu tidak lain karena kita memiliki kecenderungan bahwa opini atau pendapatnya paling benar, dan lebih suka memercayainya. Nah, hal ini dapat memungkinkan kita memiliki ekspektasi pada berbagai hal.

Sayangnya, seringkali ekspektasi ini kemudian menjadi belenggu yang seakan menggembok cara berpikir kita. Semacam mental block begitu, blok mental yang dapat menghambat pikiran kita untuk dapat bergerak maju. Jika ekspektasi tidak sesuai realita, maka kita akan cenderung putus asa, karena situasinya tidak sesuai dengan standar yang kita bayangkan, yang pada akhirnya dapat mengungkung pikiran dan perasaan kita. Berbeda dengan harapan. Harapan mampu mengubah keputusasaan kita menjadi sebuah tekad. Nantinya hal ini dapat membuka pikiran kita untuk terus maju.

Lantas, apakah kemudian kita sama sekali tidak boleh memiliki ekspektasi? Tentunya bukan berarti kita tidak boleh memiliki ekspektasi. Hal yang penting adalah bagaimana kemudian kita perlu belajar mengelola ekspektasi. Bagaimana kemudian kita belajar untuk menyeimbangkannya dengan harapan dan pemikiran yang logis.

Tentu kita tahu, bahwa dalam hidup ini, kita akan dapat berada pada situasi yang dianggap “menang”, dan juga dapat berada pada situasi yang dianggap “kalah”. Dalam bentuk apapun. Dalam hidup ini kadang kita menang dan kadang kita kalah.  Seringkali banyak orang bersiap untuk menang, namun tidak bersiap untuk kalah. Padahal bisa jadi, ketika Allah Subhanahu wata’ala hadirkan “kemenangan”, kita justru menjadi sombong, berperilaku tidak terkendali. Sementara itu bisa saja, dengan Tuhan menghadirkan “kekalahan”, justru kita dapat semakin berkembang, berubah menjadi pribadi yang lebih baik.

Tentunya kita menyadari bahwa semuanya sangat mungkin terjadi dalam kehidupan kita. Kemungkinan gagal maupun berhasil. Jika Tuhan menghendaki, tentunya semua kemungkinan tersebut dapat terjadi. Bukan berarti kita menjadi pribadi yang pesimis. Namun dengan adanya kesadaran bahwa dalam hidup kita akan sangat mungkin untuk berhasil maupun gagal, hal itu akan menjadikan kita pribadi yang bersiap jika kemungkinan buruk atau gagal dapat terjadi, lalu lanjutkan dengan apa yang dapat kita lakukan. Kita tetap mengharapkan yang terbaik, namun juga menyiapkan diri jika skenario terburuk mungkin terjadi.

“Jangan berharap sesuatu terjadi seperti yang kau inginkan. Berharaplah apa yang terjadi sebagaimana mestinya. Maka itu, kau akan bahagia”

Epictetus

Lantas, bagaimana caranya kita mengelola ekspektasi? Pada dasarnya, berbicara tentang belajar mengelola ekspektasi itu berarti kita perlu belajar tentang kontrol. Kontrol? Iya, kontrol terhadap diri kita sendiri. Tentunya kita tahu, bahwa dalam hidup ini ada hal yang bisa kita kontrol dan ada hal-hal yang tidak bisa kita kontrol. Apa saja hal-hal yang bisa kita kontrol?

Kita hanya bisa mengontrol atau mengendalikan apa yang memang ada dalam kendali kita, seperti pikiran dan tindakan kita sendiri. Termasuk dalam hal yang bisa kita kontrol adalah usaha-usaha yang kita lakukan atau kerahkan. Kemudian apa saja hal-hal yang tidak dapat kita kontrol? Segala sesuatu yang berada di luar pikiran dan tindakan kita, itu tidak dapat kita kontrol. Segala hal eksternal yang itu semua berada di luar kendali kita. Hal yang bisa kita kendalikan bukanlah hal eksternal itu, namun penilaian kita terhadap hal-hal eksternal.

“It is not things that disturb us, but our opinion about them”

Henry Manampiring \

Seringkali kita marah, kesal, sedih, atau kecewa, bukan karena sesuatu hal atau peristiwa itu yang mengganggu kita, namun karena penilaian kita sendiri atas peristiwa tersebut yang menjadikan kita marah atau sedih. Semakin kita mencoba mengendalikan apa yang ada di luar kita, maka kita akan semakin frustasi, kecewa, dan sakit hati.

Sama halnya dengan tujuan yang kita buat. Jika kita membuat tujuan yang menggantungkan hasilnya pada perubahan perilaku orang lain, itu adalah tujuan yang paling rawan menimbulkan frustasi dan kekecewaan. Kita sangat bisa mengendalikan respon yang akan kita berikan terhadap peristiwa yang terjadi di luar diri kita. Bagaimana respon kita, itu tergantung dari makna yang kita buat secara internal. Hal ini dipengaruhi oleh banyak hal, seperti pengetahuan, nilai, keyakinan, ataupun ingatan yang kita miliki.

Belajar mengelola ekspektasi, itu artinya kita belajar untuk mengendalikan pikiran kita sendiri. Kita bertanggung jawab sepenuhnya atas pikiran kita sendiri. Demikian pula pada hasil yang berbentuk perilaku kita. Oleh karena itu, penting dalam proses kita mengelola ekspektasi, untuk kita belajar dan berlatih mengelola pikiran kita. Dalam hal ini, ada dua bentuk orientasi pikiran yang sering dilakukan individu, yakni results-oriented thinking dan process/performance-oriented thinking.

Pertama, results-oriented thinking merupakan cara kita berpikir yang berorientasi hasil. Hasil ini adalah sesuatu hal yang tidak dapat kita kontrol atau kendalikan. Dengan cara berpikir seperti ini, akan cenderung membuat individu rawan frustasi, karena fokusnya hanya pada hasil. Apabila hasil tidak sesuai dengan yang diharapkan, maka individu akan mudah frustasi.

Kedua, process/performance-oriented thinking merupakan cara kita berpikir yang berorientasi pada proses atau usaha (kinerja). Proses atau usaha adalah sesuatu yang dapat kita kendalikan. Berpikir dengan orientasi pada proses akan lebih mudah dalam pengendalian ekspektasi, karena yang kita kendalikan adalah sesuatu hal yang memang bersifat controllable, yakni usaha atau kinerja kita.

Dalam melakukan sesuatu, yang bisa kita kendalikan adalah usaha kita. Hasilnya? Tidak bisa kita kendalikan. Kita hanya perlu fokus pada apa yang bisa kita kendalikan. Tetap berusaha dan bekerja sebaik mungkin, semaksimal mungkin. Jika nantinya berhasil, bersyukur. Jika belum, tidak perlu menghabiskan waktu dengan mengeluh dan menyesali apa yang terjadi.

Belajar mengelola ekspektasi, itu berarti juga kita belajar untuk berikhtiar dan bertawakal. Kita perlu memupuk sikap untuk terus berikhtiar dan bertawakal. Tawakal itu artinya menyerahkan keputusan segala sesuatunya kepada Allah subhanahu wata’ala. Sementara ikhtiar itu artinya kerja keras dan usaha maksimal yang kita kerahkan. Tawakal harus diawali dengan kerja keras dan usaha maksimal (ikhtiar).

Bukan tawakal namanya jika hanya pasrah menunggu nasib tanpa melakukan apa-apa dan sekedar berpangku tangan. 

Jika kita siap untuk menang, maka kita juga harus siap untuk bisa menerima kekalahan dengan ikhlas dan lapang dada.

Kembali ke reportase... Tanpa terasa Turnamen internal rutin tahunan Sparta Supreme Cup, sudah selesai digelar Hari Minggu, 21 Juli 2024. Banyak cerita seru dan ada juga beberapa hal yang bad stories. Mundurnya beberapa orang di hari H  (baik yang ada khabar maupun tidak ada kabar). Ada yang berkabar sesaat sebelum  proses drawing. Malah ada beberapa yang cancel padahal turnamen sudah berjalan. Hal ini tentu saja mengacaukan rundown turnamen. Yang berakibat juga pada molornya jadwal.

Ini jadi pelajaran berharga. Next turnamen mungkin harus ada uang pendaftaran biar yang suka cancel-cancel dadakan ada sisi ruginya juga (hilang uang pendaftaran). Karena selama ini yang dirugikan adalah Sparta dan orang banyak yang komit untuk datang. karena proses rombak pasang pemain terpaksa harus dilakukan.
Medali Sparta Supreme Cup 2024


Mascot Sparta Supreme Cup 2024


Hari ini juga diwarnai sedikit kericuhan yang cukup menggaanggu, dikarenakan sikap tidak dewasa dari salah satu peserta. Admin himbau: Jika mau ikut turnamen baik yang mingguan yang edisi spesial berhadiah. Harus komitmen menuiapkan mental untuk siap kalah dan siap bertaprtner dengan siapa saja. Dari pada bikin kekacaun.

Minggu siang, 21 Juli 2024 cuaca cukup bersahabat, tidak sepanas biasanya. Mungkin karena 2 minggu terakhir cuaca bandung lagi dingin-dinginnya. 

Udara adem ternyata tidak mengurangi panasnya persaingan di Turnamen Sparta Supreme Cup 2024 yang merupakan turnamen super 1000-nya Sparta. Drawing yang yang kali ini menggunakan leveling, membuat penyebaran kekuatan pemain lebih merata. Sangat-sangat fair dan berimbang. Hal itu terlihat dari 2 grup, yaitu grup C dan grup D yang penentuan juara grup dan runner up grupnya harus melalui  prosen penghitungan selisih poin. Karena ketiga pasangannya masing-masing mengantongi jumlah kemenangan dan kekalahan yang sama. 

Di bawah ini adalah pasangan-pasangan yang berhasil maju ke babak quarterfinal.

Grup A, Juara grup: Apin dan Chandra,  runner up grup: Rama Putra dan Rofiq

Grup B, Juara grup: Rama Dhany dan Rizaldi, runner up grup: Redy dan Peter

Grup C, Juara grup: Desta dan Noval,  runner up grup: Rigel dan Odod

Grup D, Juara grup: Fani dan Jayus, runner up grup: Ikhsan dan Wahid

Dari undian babak quarter final semua pasangan tidak ada yang kembali bertemu dengan lawan sebelumnya di fase penyisihan grup.

Secara mengejutkan pasangan unggulan Fani dan Jayus dihentikan langkahnya oleh pasangan runner up grup B, Redy dan Peter setelah kalah dengan skor 38-42, padahal sebelumnya Fani dan Jayus sempat unggul sangat jauh. Apin dan Chandra, dengan mulus melangkah ke semifinal setelah mengalahkan Rigel dan Odod dengan 42-31. Desta dan Noval harus angkat koper lebih setelah kalah 34-42 dari pasangan runner up Grup A, Rama Putra dan Rofiq.  Rama Dhany dan Rizaldi juga harus mengalami hal yang sama yaitu menelan kekalahan dari runner up grup D, Ikhsan dan Wahid.

Boleh dibilang hari ini adalah harinya para runner up grup. Karena 3 pasangan yang berhasil melaju ke babak semifinal adalah para runner up grup.

Pada bagan atas, pasangan Apin dan Chandra, yang bertemu dengan Redy dan Peter berhasil memenangi laga semifinal dengan 42-37. Redy dan Peter staminanya sangat terkuras saat menghadapi Fani dan Jayus, jadi celah yang berhasil dimanfaatkan oleh Apin dan Chandra

Dan pada bagan bawah, pertarungan antara Rama Putra dan Rofiq melawan Ikhsan dan Wahid. dimenangkan oleh pasangan Ikhsan dan Wahid dengan skor 42-35.

Partai final mempertemukan pasangan Ikhsan dan Wahid dengan pasangan 'duo permainan takdir' Apin dan Chandra Apin yang mendadak tidak punya partner di grup A karena pasangannya yaitu, Azis tidak datang. Dan Chandra si 'permainan takdir 2 jilid' yang partnernya di babak penyisihan juga tidak datang yaitu Adi Putra. Kemudian partnernya digantikan oleh Atep yang belum punya partner (karena jumlah yang masuk drawing ganjil). Bertandem dengan Atep langkahnya terhenti diurutan ke-3 penyisihan grup. Chandra mendapat nyawa tambahan setelah dari hasil pengundian, nama dia yang keluar untuk menjadi pasangan Apin.

Set pertama Apin dan Chandra langsung 'terbang' memimpin perolehan poin. Mereka tanpa ngang ngeng ngong langsung leading 4-5 poin. Ikhsan dan Wahid yang jeda istirahatnya lebih singkat, membuat fisik mereka belum sepenuhnya bisa recovery. Set pertama pasangan ini lebih sering terlihat bertahan dibanding menyerang.  Mungkin untuk menghemat tenaga.  Set pertam ditutup dengan 21-13 untuk keunggulan pasangan Apin dan Chandra.

Set ke-dua Ikhsan J dan Wahid tidak membuat perubahan strategi. Mereka makin sering kedodoran menghadapi bola-bola silang tajam maupun smash menukik dari Apin. Pasangan ini sempat tertinggal sangat jauh hingga 15 poin, pada kedudukan 19-34. Kemudian mereka berupaya beberapa kali memperkecil selisih poin. Segala upaya mereka lakukan, termasuk Wahid yang membuka sepatunya dan menjadi pemain 'nyeker man'. Namun  mereka belum berhasil meredam gempuran  Apin dan ChandraApin dan Chandra akhirnya berhasil menutup laga final dengan skor gemilang 42-27.

Inilah nama-nama yang menjadi juara Sparta Supreme Cup, 21 Juli 2024;

Juara 1 Apin dan Chandra

Juara 2 Ikhsan J dan Wahid 

Juara 3 Redy dan Peter / Rama Putra dan Rofiq

Juara: Apin dan Chandra


Juara 2: Ikhsan dan Wahid

Semifinalist: Redy dan Peter

Semifinalist: Rama Putra dan Rofiq


Para juara foto bersama

Ikhsan walaupun hanya berhasil menempati posisi runner up, tapi rankingnya terdongkrak 2 anak tangga dan sekarang  dia menempati urutan teratas ranking di Sparta.

Dan dibawah ini adalah catatan selengkapnya dari result Turnamen Sparta Supreme Cup 2024;

Road to final

Bagan turnamen

Update ranking Sparta


Akumulasi medali Sparta


Sekian reportase kita kali ini. Sampai jumpa lagi di reportase Sparta Supreme Cup tahun depan...  




Tidak ada komentar:

Posting Komentar