“When you focus on problems, you will have more problems. When you focus on having great opportunities, you will obtain great opportunities.”
Steven Cuoco
Sesuai dengan quotes di atas, di kesempatan kali ini kita akan menyimak sebuah kisah dari seorang musisi terkenal di Italia bernama Nicolo Paganini . Disini kita, bisa belajar dari beliau yang fokus pada solusi bukan fokus pada masalah di konser termegahnya.
Nicolo Paganini adalah seorang pemain biola classic. Setiap pertunjukan yang digelarnya selalu dihadiri ratusan orang dan tiket yang dijual pun pasti habis. Paganini memang luar biasa. Bila biola sudah dimainkan, siapapun yang mendengar pastilah akan hanyut dalam setiap petikan dawainya. Bila dia memainkan musik bertema bahagia, maka bahagialah perasaan mereka yang mendengarnya hingga dunia terasa indah. Bagitu juga bila dia memainkan musik bertema kesedihan, maka sedihlah mereka yang mendengarnya hingga tanpa terasa meneteskan air mata. Kalau ada musisi yang selalu dibicarakan, itu tidak lain pastilah Nicolo Paganini Sang Pemain Biola.
Suatu hari, Paganini berencana untuk mengadakan sebuah pertunjukan. Lain dengan sebelumnya, kali ini dia akan mengadakan pertunjukkan yang akan menghebohkan seantero Italia. Pertunjukan paling berkesan yang takkan dilupakan oleh masyarakat Italia hingga puluhan bahkan ratusan tahun ke depan.
Untuk hal tersebut, Paganini menyiapkan segala-galanya. Dia tidak ingin pertunjukan termegahnya itu tampil mengecewakan. Berbagai pilihan lagu yang berkualitas dicari dan dikumpulkannya. Tak lupa pula segera berita pertunjukan tersebut disebarkan ke seluruh penjuru Italia. Dengan demikian dalam waktu singkat saja, orang-orang sudah membicarakan seperti apa nanti kira-kira pertunjukan yang akan digelar oleh Paganini.
Hari H pun tiba. Seluruh tiket yang ada sudah habis terjual sejak tiga hari sebelumnya. Harganya, tentu 2x lipat dari harga pertunjukan biasa karena ini adalah pertunjukan terhebatnya. Para audience pun tak peduli meski mereka tidak mendapatkan tempat duduk (karena penuhnya). Mereka hanya ingin mendengar alunan dawai biola Sang Paganini.
Pertunjukan dimulai. Untuk malam itu, Paganini menyiapkan 10 lagu terbaiknya. Dia yakin malam itu akan menjadi malam yang tidak terlupakan. Satu demi satu lagu yang telah dipersiapkan sebelumnya dia mainkan. Suasana tribun silih berganti. Kadang penuh dengan senyum kebahagiaan. Kadang penuh dengan isak tangis para penonton. Ini semua tergantung tema musik yang dimainkan oleh Paganini. Semua berjalan lancar pada awalnya.
Ketika Paganini memainkan lagu ke-10, tiba-tiba saja musibah itu terjadi. Satu dawainya tiba-tiba putus. Pertanda apakah ini? Seluruh penonton pun berdiri dan memberikan tepuk tangan. Mereka menyerukan kepada Paganini bahwa mereka mengerti dan akan menunggu Paganini untuk mengganti dawai biolanya terlebih dahulu. Namun apa yang terjadi? Paganini berbicara di atas panggung, “Paganini dengan 3 dawai biola.” Dia pun memainkan lagu ke-10 tersebut dengan 3 dawai saja.
Lagi-lagi kesialan itu datang. Dawainya kembali putus hingga tersisa 2 buah saja. Namun tetap saja Paganini hanya berkata, “Paganini dengan 2 dawai biola.” Dan dia pun memainkannya dengan dua dawai biola yang tersisa. Penonton pun semakin larut dalam permainannya yang sungguh menggugah hati.
Hingga… Tus…, putuslah dawai ketiga. Kini hanya tersisa satu dawai saja. “Petaka apa ini?”, pikir Paganini. Reaksi penonton kali ini terdiam. Mereka memberikan tepukan tangan perlahan. Mereka terus memberikan segenap dukungan pada Paganini sembari menyerukannya untuk mengganti biolanya. Mereka memaklumi itu semua. Namun, apa reaksi Paganini?
Dia hanya berdoa dalam hati dan berkata, “Paganini dengan 1 dawai biola.” Dia tahu itu sulit. Tapi dia terus meyakinkan dirinya bahwa Paganini akan menampilkan pertunjukan yang takkan terlupakan. Dia fokus pada tujuan akhirnya, konser yang sukses. Dengan susah payah, dia mencoba menemukan permainannya yang bisa terdengar indah hanya dengan 1 dawai. Dia tidak fokus pada masalah putusnya 3 dawai.
Luar biasa. Ibarat sebuah keajaiban, permainannya menjadi sangat indah. Permainan yang bahkan lebih bagus dan memberikan kesan mendalam dibandingkan dengan 9 lagu sebelumnya. Dan pertunjukan itu dia tutup dengan manisnya sembari mengucapkan terima kasih pada penonton yang selalu mendukungkan. Banjir air mata dan suara tepuk tangan pun tak terelakkan lagi.
Maka semenjak pertunjukan termegah malam itu, tak pernah ada musik yang dibicarakan selain permainan Sang Pemain Biola 1 Dawai. Siapa lagi kalau bukan Nicolo Paganini.
Pelajaran yang Bisa Kita Ambil
Nah, sepengal kisah hidup Paganini Sang Pemain Biola 1 Dawai sudah saya sharingkan. Sekarang waktunya kita bedah pelajaran apa yang bisa diambil di dalamnya.
Ketika memainkan biolanya, dawai Paganini putus satu persatu. Itu tentu merupakan sebuah masalah. Namun, lihatlah bagaimana Paganini bersikap. Dia tidak peduli dengan masalah itu. Paganini tidak memfokuskan dirinya pada masalah. Dia memilih untuk bersikap tenang dan fokus bagaimana solusi pemecahan dari masalahnya. Sekali lagi bukan pada masalah, tapi fokus pada solusi.
Paganini bisa melakukan itu semua karena dia memiliki sebuah keyakinan yang mendalam serta visi yang begitu berakar di dalam hatinya. Visinya adalah menjadikan pertunjukan malam itu menjadi pertunjukkan yang tidak akan terlupakan sepanjang masa dan dia yakin pasti bisa mewujudkannya.
Ngomong-ngomong, kalau kita senantiasa fokus pada solusi ketika masalah datang, maka kita memberikan kesempatan pada otak kita (khususnya sisi kreatifitas) untuk bekerja dan mencari jalan keluarnya. Kalau ini sering dilakukan maka sama artinya kita melatih otak untuk kreatif dan inovatif.
Sebaliknya, manakala kita fokus pada masalah yang ada, maka kita menutup jalan otak kita untuk bisa berpikir dan berkembang. Ujung-ujungnya, hanya mengeluh dan selalu merasa tidak pernah ada jalan keluar untuk masalah ini. So, mari mulai Fokus pada Solusi, bukan fokus pada masalah!
-----oooOOOooo-----
Kembali ke reportase... Cuaca di Bandung Minggu siang, 25 Mei 2025 cukup sejuk. Karena mendung menggelayut di atas langit. Sekalipun diwarnai hingar-bingar suara knalpot motor dan sedikit kemacetan yang ditimbulkan oleh konvoi perayaan kemenangan Persib, tak sedikit pun mengurangi semangat admin untuk tiba di GOR ABA dengan teoat waktu.
Ada beberapa orang Spartan yang absen karena sakit dan ada keperluan. Plus 2 orang yang ga jadi datang karena sakit dan ada keperluan dadakan, tapi bukan urusan menggoreng tahu bulat yang harus digoreng dadakan 😄.
Dari hasil drawing, admin mengunggulkan 2 pasangan terbaik minggu ini, yang akan maju ke partai puncak. Mereka adalah: Fauzi dan Herman lalu yang ke-dua adalah: Dumai dan Atep. Admin memprediksikan kedua pasangan diatas berdasarkan rekam jejeak mereka di Sparta. Tapi apa yang terjadi? Dumai dan Atep memang berhasil melaju babak final. Tapi secara mengejutkan Fauzi dan Herman rontok dibabak penyisihan grup A, padahal di pertandingan mereka yang pertama, mereka tampil impresif. Pun di percobaan mereka yang ke-dua di grup B, mereka lagi-lagi harus tersingkir. Bahkan kali ini dilibas oleh pasangan 'kuda hitam' Yudi H dan Amed, yang berhasil mengunci satu slot di babak semifinal.
Juara grup A harus diselesaikan dengan penghitungan selisih poin, dikarenakan kontestan di grup A sama-sama mengantongi 1 kali menang dan 1 kali kalah. Dari hasil penghitungan selisih poin, menetapkan pasangan Hizkia Ken dan Noval yang berhak menjadi juara grup A, karena memiliki 4 selisih poin. Disusul oleh Fathur dan Peter sebagi runner up, karena berhasil meraih 3 selisih poin. Fauzi dan Herman harus tersingkir secara mengenaskan karena hanya mengantongi selisih poin -7. Untuk penyisihan di grup B, Dumai dan Atep sukses menjadi juara grup. Dan yang menjadi runner up-nya adalah Yudi H dan Amed.
Di bawah ini adalah pasangan-pasangan yang berhasil maju ke babak semifinal;
Grup A, Juara grup: Hizkia Ken dan Noval, runner up grup: Fathur dan Peter
Grup B, Juara grup: Dumai dan Atep, runner up grup: Yudi H dan Amed
Hasil pengundian untuk babak semifinal, lagi-lagi kembali mempertemukan sesama pesaing grup masing-masing. Pada bagan atas Dumai dan Atep tanpa kesulitan yang berarti, sukses mengalahkan Yudi H dan Amed untuk yang ke-dua kalinya dengan skor 42-29. Sebelumnya di babak penyisihan mereka menang 42-26.
Sementara pada bagan bawah Fathur dan Peter yang merupakan runner up grup A, dan pada babak penyisihan berhasil mengalahkan sang juara grup Hizkia Ken dan Noval dengan 42-35. Di babak semifinal kembali berhasil mengalahkan Hizkia Ken dan Noval dengan skor mepet 42-40. Setelah sebelumnya terlibat pertandingan yang sangat ketat dan menegangkan.
Langkah Dumai dan Atep melaju ke final memang sudah terprediksi. Berbeda dengan Fathur dan Peter yang kali ini tidak diunggulkan. Pertemuan kedua pasangan ini di babak final sangat menarik untuk disimak.
Set pertema babak final dibuka dengan pertarungan super ketat. Saling susul menyusul poin terjadi dari awal hingga set pertama berakhir. Set pertama ditutup oleh Dumai dan Atep dengan unggul tipis 21-19.
Pada set kedua Dumai dan Atep mendominasi permainan. Mereka kerap kali leading dalam perolehan poin. Bahkan sempat merentang jarak perolehan poin dengan selisih hingga 5 poin. Mereka secara disiplin berhasil menjaga ritme pertandingan. Fathur dan Peter beberapa kali sempat mendekatkan perolehan poin, namun lagi-lagi Dumai dan Atep berhasil menjauh lagi. Namun di penghujung set ke-dua perolehan poin Fathur dan Peter melesat. Menyamakan kedudukan, dan kemudian berhasil menikung. Fathur dan Peter berhasil menyegel kemenangan menjadi milik mereka dengan skor 42-39.
Inilah nama-nama yang menjadi juara minggu ini, 25 Mei 2025;
Juara 1 Fathur dan Peter
Juara 2 Dumai dan Atep
Juara 3 Hizkia Ken dan Noval / Yudi H dan Amed
Dan dibawah ini adalah catatan selengkapnya dari result Turnamen mingguan Sparta edisi minggu ke-16 tahun 2025;
![]() |
Road to final |
![]() |
Bagan turnamen |
![]() |
Update ranking Sparta |
![]() |
Akumulasi perolehan medali Sparta |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar