"Successful design is not the achievement of perfection but the minimization and accommodation of imperfection."
Henry Petroski
Wabi Sabi dipopulerkan oleh masyarakat Jepang untuk menerima kehidupan yang tidak sempurna.
Wabi Sabi adalah sebuah filosofi agama Buddha mengenai kefanaan, penderitaan, dan kekosongan.
Filosofi Jepang kuno ini cocok bagi kamu yang merasa tidak pernah puas dan berakhir kurang bahagia.
Arti Wabi Sabi
Mengutip dari Japana Home, Wabi Sabi merupakan filosofi hidup orang Jepang dengan cara menerima ketidaksempurnaan dan memanfaatkan hidup sebaik-baiknya.
Wabi Sabi mendorong kita untuk lebih berfokus pada keberkahan yang dimiliki dibanding berharap kepada hal yang tidak kita terima.
Selain itu, Wabi Sabi sangat cocok diterapkan pada masyarakat modern saat ini yang terus menerus mengejar kesempurnaan. Bisa kita lihat, manusia mengejar berbagai aspek yang pada akhirnya menyebabkan depresi, cemas, dan stres.
Filosofi Jepang ini bisa juga digunakan untuk mengurangi gaya hidup yang sangat konsumtif dan selalu mengikuti tren yang tidak ada habisnya.
Keaslian adalah bagian penting yang diangkat Wabi Sabi. Walaupun ada sebuah ketidaksempurnaan, namun mereka menganggap hal itu adalah sebuah lambang waktu telah berlalu.
Wabi Sabi biasa dihadirkan dalam beberapa benda rumah tangga, seperti piring, gelas, meja, dan lainnya. Lalu, terdapat dalam arsitektur bangunan Jepang.
Sejarah Wabi Sabi
Dikutip dari laman Medium, Wabi Sabi pertama kali muncul dalam dinasti Tiongkok pada 960-1279 M. Pada awalnya, Wabi Sabi merupakan konsep Buddhisme Zen.
Wabi Sabi mengajarkan tentang penerimaan yang lebih santai mengenai kefanaan dunia dengan menyukai ketidaksempurnaan hidup.
Sebelumnya, Wabi Sabi merupakan konsep yang terpisah. Wabi adalah cara untuk mengapresiasi suatu keindahan. Sementara itu, Sabi adalah penggambaran mengenai waktu yang memengaruhi kerusakan.
Misalnya, barang-barang lama yang sudah rusak dan akhirnya dipandang sebagai keindahan karena penuaan.
Sekitar 700 tahun lalu, penerimaan kekosongan dan ketidaksempurnaan bangsawan Jepang dihormati sebagai suatu langkah awal menuju pencerahan.
Menikmati Ketidaksempurnaan Hidup dengan Wabi Sabi
Kamu tidak perlu menjadi ahli filosofi Jepang untuk menggunakan prinsip Wabi Sabi dalam kehidupanmu.
Namun, kamu hanya perlu mengubah pandangan mengenai hidup yang awalnya menginginkan sebuah kesempurnaan menjadi sikap menghargai.
Jika menggunakan prinsip hidup Wabi Sabi, maka akan menciptakan hidup yang lebih nyaman dan menenangkan. Wabi Sabi berfokus pada sebuah rasa syukur yang sudah dimiliki dibanding menginginkan hal baru.
Mengubah pandangan hidup ini akan membantu kita untuk selalu merasa damai dan puas tentang apa yang sudah terjadi.
Selalu mencintai diri sendiri yang tidak sempurna akan membuat hidup menjadi lebih tenang dan terhindar dari depresi.
Janganlah malu dengan ketidaksempurnaan yang ada di dalam dirimu. Artinya, kamu harus menghargainya karena hidup memang tidak lekat dengan kesempurnaan.
Kembali ke reportase... Turnamen mingguan Sparta edisi minggu ke-4 diikuti oleh 13 orang. Lebih sedikit jika dibandingkan minggu-minggu sebelumnya. Hal ini disebabkan ada beberapa orang Spartan yang berhalangan hadir. Ada yang mengikuti turnamen, ada yang lagi ke luar kota, ada acara keluarga, ada yang lagi ngerjain tugas dan lain-lain.
Minggu ini ada tiga orang pendatang baru yang turut meramaikan turnamen mingguan Sparta. Mereka adalah: Farhan, Togu dan Renaldi.
Pasangan Ferry dan Fatoni merajai turnamen minggu ini. Mereka membabat habis semua lawan-lawannya, mulai dari penyisihan grup, semifinal hingga final. Kemenangan mereka turut mencatatkan nama Ferry untuk pertama kalinya memperoleh medali emas di turnamen mingguan Sparta.
Ferry dan Fatoni menjadi juara grup A, sementara Romi dan Andre keluar sebagai runner up-nya. Dan untuk grup B pasangan Apin dan Peter berhasil menjadi juara grup, disusul oleh Alex dan Rizaldi sebagai runner up-nya.
Hasil drawing semifinal mempertemukan lawan-lawannya secara menyilang. Di babak semifinal rupanya kedua semifinalis yang berasal grup A sukses mengalahkan lawan-lawannya. Ferry dan Fatoni menang atas Alex dan Rizaldi dengan 42-36. Dan Romi dan Andre mengalahkan pasangan juara grup B Apin dan Peter dengan 42-32.
Di babak final Romi dan Andre masih belum berhasil membalaskan kekalahan mereka dari Ferry dan Fatoni di babak penyisihan. Sejak dari set pertama Ferry dan Fatoni langsung tancap gas. Perolehan poin mereka unggul cukup jauh. Set pertama ditutup dengan 21-11. Di set ke-2 pasangan Romi dan Andre sedikit mengubah strategi dan beberapa kali terlihat membuat Ferry dan Fatoni keteteran. Namun momentum itu tidak berlangsung lama. Ferry dan Fatoni tetap bisa menjaga jarak poin dan memegang kendali permainan. Babak final ditutup dengan 42-30 untuk kemenangan Ferry dan Fatoni.
Inilah nama-nama Juara minggu ini;
Juara 1 Ferry dan Fatoni
Juara 2 Romi dan Andre
Juara 3 Alex dan Rizaldi / Apin dan Peter
Dan dibawah ini adalah result dari turnamen mingguan Sparta edisi minggu ke-4 tahun 2022;
Road to final |
Bagan turnamen |
Update ranking Sparta |
Akumulasi perolehan medali |
Kebahagiaan bukanlah disaat kita memiliki kesempurnaan, namun ketika kita dapat menerima ketidaksempurnaan dengan tulus dan ikhlas. Sekian reportase kita kali ini. Tetap sehat, tetap semangat. Sampai jumpa!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar