Powered By Blogger

Minggu, 26 Februari 2023

Reportase Turnamen Mingguan Sparta, 26 Februari 2023

"Don't settle for average. Bring your best to the moment. Then, whether it fails or succeeds, at least you know you gave all you had. We need to live the best that's in us."

Angela Bassett

Kita sering terjebak dalam rutinitas hidup dan pekerjaan, sehingga apa yang kita lakukan dan apa yang kita upayakan, kerap tidak sempat kita evaluasi. Saat mendengar berita kecelakaan pesawat, di mana mungkin ada teman atau sahabat kita di dalamnya, atau menerima kabar duka yang memberitakan salah satu sahabat atau kerabat tutup usia, tak jarang kita shock dan baru merasa punya waktu untuk berhenti sejenak, mendapatkan insights dan merefleksikan betapa berharganya kehidupan yang kita jalani.


 Kita sesungguhnya sangat sadar bahwa hidup kita memang sudah ada takarannya dan suatu saat memang akan berhenti. Pertanyaannya, seberapa sering kita memikirkan pentingnya kualitas hidup yang ingin kita jalani? Apakah kita sungguh-sungguh menjalani hidup dan pekerjaan yang meaningful? Apakah kita sempat mengecek bahwa kita tidak sekadar mengejar karier dan uang, tetapi juga mengisi aspek kehidupan lain, baik itu emosional, membangun hubungan antar manusia dengan baik, serta mengembangkan aspek spiritual dalam hidup? 

Beberapa teman, bila sedang berdiskusi seputar masalah kualitas kehidupan, kadang berkomentar: “Kalau sudah sibuk ‘cari makan’ mana sempat memikirkan kualitas hidup lagi?” Ya, kita semua bisa merasakan betapa kehidupan makin kompleks, krisis datang silih berganti, tantangan untuk mencapai target kerja terus ada di depan mata, sehingga seolah kita tidak punya waktu atau energi untuk melakukan hal-hal lain yang ingin kita lakukan. 

Namun, apakah semua situasi itu akan menghalangi kita bersikeras untuk menjadi “a better person”? Mungkinkah kita membiarkan diri kita melepas standar kualitas hidup dan menjalani kehidupan kita dengan “pasrah” atau biasa-biasa saja? Pada akhirnya, kita akan bertanya pada diri sendiri: “Apakah sebagai manusia kita sudah berbuat optimal, mendalam, otentik, dan berenergi? Apakah kita punya kemauan kuat untuk “jadi  yang terbaik” dalam kehidupan kita yang hanya satu-satunya ini? 

Melihat gaya hidup teman atau kerabat yang tutup usia secara tiba-tiba, kita bisa belajar bahwa hidup memang perlu didesain. Hidup seperti apa yang ingin kita jalani? Bagaimana kita ingin dikenang oleh orang saat kita tiada? “Warisan” apa yang ingin kita tinggalkan? Legenda macam apa yang akan tinggalkan? 

Olah pribadi 

Kita sering melihat banyak orang mengambil posisi “tengah” alias posisi “aman”. Mereka tidak berusaha memperjuangkan ide dan pendapatnya kuat-kuat, namun lebih memilih untuk menyenangkan semua pihak. Dalam berprestasi, ada orang yang puas dengan menjadi “rata-rata”, berorientasi pada penilaian pihak eksternal, sehingga tidak menuntut dirinya untuk selalu mencapai titik terbaik. Padahal, seorang ahli mengatakan: “Mediocrity isn't a quest to be pursued “. Kita tidak akan "jadi apa-apa" atau menciptakan apa-apa, bila selalu berada di posisi “so-so” atau merasa diri “sekadar” pegawai, “sekadar” manager, atau “sekadar” orang kecil. 

Kita tentu kagum bila mendengar ada petani di kampung yang bisa menyekolahkan anak-anaknya hingga betul-betul sukses. Orang seperti ini, tidak melihat dirinya “sekadar” petani, namun ia bisa melihat masa depan sampai ke titik yang paling optimal. 

Apapun posisi kita dalam organisasi, kita sesungguhnya punya peran penting dan perlu bangga dengan peran yang kita jalankan. Seorang arsitek, planner, desainer, sekretaris, dan trainer, punya peran untuk menghasilkan ciptaan-ciptaan yang lebih efisien, baik itu ide, buku, atau sistem yang bisa mempermudah hidup dan pekerjaannya. Menjalankan peran dengan bangga dan “all out”-lah yang akan menciptakan happiness dan sekaligus meningkatkan kualitas hidup kita. Ada individu yang kerap merasa bahwa ia sudah mengembangkan diri dan tinggal menjalankan hidup saja. Padahal, pribadi itu ibarat pensil. Pensil yang baik akan bisa digunakan untuk menulis, namun sebentar-sebentar perlu diasah. Pensil yang tumpul tidak bisa menulis dengan baik, dan menjadi usang dan ditinggalkan bila tidak dipertajam. 

Kita pun, ibarat pensil, senantiasa perlu belajar mengasah ketrampilan dalam hubungan sosial, menebalkan keyakinan, dan tidak boleh puas dengan keadaan yang sudah dicapai. Individu yang mudah merasa puas, akan cepat menunjukkan sikap dirinya selalu benar, “sok tahu” tanpa rasa ingin memperbaiki diri.

Sebaliknya, orang yang berorientasi pada kualitas hidup yang lebih baik, akan berusaha memperbaiki tutur katanya, senantiasa mawas diri untuk memperbaiki hubungan baik, dan mencari jalan keluar dari permasalahan yang dihadapi dengan rendah hati tetapi progresif. Kualitas hidup tidak bisa berhenti pada satu tingkat tertentu, namun perlu terus diupayakan dari waktu ke waktu, sampai akhir hayat kita. 

Good living = good work 

Kita tidak akan bisa meningkatkan kualitas hidup tanpa meluangkan waktu untuk melakukan evaluasi. Saringan evaluasi pertama adalah mengecek: "Apakah hal yang kita kerjakan ini bisa meninggalkan value di masa depan?" Saringan kedua adalah menguji: “Apakah apa yang kita lakukan saat ini sudah optimal kualitasnya dan bisa dites ‘excellence’-nya?” Saringan ketiga adalah memahami: “Apakah hal yang kita jalani ini memang  berasal dari diri kita dan mengangkat harkat kita sebagai manusia?” 

Bila kita menyaring tindakan kita dengan ketiga saringan tadi, maka dengan sendirinya integritas yang sekarang didengung-dengungkan orang pun akan terjaga. 

Sebagai manusia yang diberkahi akal budi, sangat terbuka kesempatan bagi kita untuk mengoptimalkan kualitas diri sebagai mahluk hidup. Kita tidak perlu mengakhiri hidup ini dengan penyesalan, kalau saja kita tidak henti-hentinya mendera diri kita untuk selalu lebih baik, lebih cepat, lebih hemat, lebih berintegritas, dan lebih bermartabat. 

Kitalah yang memilih untuk melakukan hal yang benar-benar kita minati. Kita bisa memilih hobi dan passion kita, sekaligus membuat prioritas. Kitalah yang menentukannya, bukan orang lain. Seperti yang dikatakan penyair Antonio Machado: "Walker, there is no path; the path is made by walking." 

Dengan menjalankan good living kita pasti akan melakukan good work juga.


Kembali ke reportase.... Di minggu terakhir Februari 2023, persaingan di Turnamen mingguan Sparta sudah mulai memanas. Kehadiran beberapa orang contender baru dan kembalinya beberapa  anak Telkom University membuat turnamen semakin  seru dan ketat. Ada 2 hal yang jadi catatan penting minggu ini. pertama adalah comebacknya Dumai, setelah hampir 5 tahun melipir dan lebih aktif badminton di Majalaya, setelah dia menikah. Ga main-main dia comeback dan menyabet gelar runner up turnamen mingguan  edisi minggu ke- 8, 26 Februari 2023, bersama dengan Apin. Yang ke-dua adalah, bergabungnya pemain muda berbakat Andika Setia,  Yang langsung mercuat meraih gelar juara di turnamen mingguan Sparta pertamanya. Dia yang tadi siang bertandem dengan Faisal R, yang memiliki kematangan skill bermain badminton dan mental bertandingnya. Ga mengherankan bila mereka menjadi jawara kali ini.

Dari hasil babak penyisihan grup, beberapa pasang tidak terprediksi akan gugur dan beberapa pasang malah memberi kejutan dengan lolos ke babak perdelapan besar. Dibawah ini adalah yang lolos menjadi quarterfinalis;

Grup A, Juara grup: Soca dan Zaki R, runner up grup: Amed Q dan Atep

Grup B, Juara grup: Apin dan Dumai, runner up grup:  Ardhi dan Peter

Grup C, Juara grup: Andika S dan Faisal R, runner up grup: Rofi dan Ken

Grup D, Juara grup: Arif dan Reza  Ahmad, runner up grup: Fatoni dan Ismail

Untuk grup D, pasangan Adi Putra dan Safiq sebetulnya yang paling berpeluang untuk menempati posisi runner up. Namun karena Safiq mengalami kram, sehinggal tidak dapat melanjutkan pertandingan (retired) pada kedudukan 41-39. Pasangan ini pun akhirnya harus rela tersingkir di babak penyisihan, karena perolehan poin mereka rontok. 

Drwaing babak quarter final, 2 grup yaitu grup B dan grup D kembali saling berhadapan antara juara grup dengan runner  up sesama grupnya. Sementara untuk grup A dan C, bertemu secara menyilang.  Di pertandingan babak quarterfinal, semua juara grup sukses menyingkirkan para runner up. 

Pada bagan atas semifinal berhadapan antara  Apin dan Dumai dengan  Soca dan Zaki R yang dimenangkan oleh pasangan Apin dan Dumai, dengan 42-36.  Sementara pada bagan bawah mempertemukan antara: Andika S dan Faisal R dengan Arif dan Reza  AhmadAndika S dan Faisal R sukses memulangkan Arif dan Reza  Ahmad dengan skor sangat meyakinkan 42-26. 

Pertemuan antara pasangan Apin dan Dumai versus Andika S dan Faisal R di babak final, sangat ideal. mengingat kedua pasangan ini melaju ke final tanpa mengalami kekalahan satu kali pun. Awal set pertama Apin dan Dumai, membuka pertandingan dengan sangat meyakinkan. Mereka langsung mendominasi permainan. Perolehan poin mereka pun langsung memimpin. 6-2, berlanjut menjadi 12-6.  Pada pertengahan set pertama, Andika S dan Faisal R merubah strategi permainan. Tempo permainkan mereka tunrunkan hingga terjadi rally-rally panjang yang seru. Andika S dan Faisal R berhasil menyamakan kedudukan 12-12. Mereka memanfaatkan momentum ini dengan bersaing ketat mengumpulkan poin. Beberapak kali terjadi skor sama dan saling susul menyusul. Set pertama ditutup dengan 21-18, untuk keunggulan Andika S dan Faisal R. Pada set kedua, pasangan Apin dan Dumai, secara kasat mata mereka terlihat mengalami tanda-tanda penurunan stamina. begitupun dengan akurasi pukulan mereka, sangat menurun dan banyak melakukan unforced error. Kondisi ini sangat dimanfaatkan oleh lawannya. Perolehan poin Andika S dan Faisal R pun makin melejit. Meninggalkan jauh didepan dengan selisih poin muali 6 poin, 10 poin, 12 poin, dan titutup dengan selisih 17 poin. Babak final disegel dengan 42-25 untuk kemenangan Andika S dan Faisal R

Yang layak menjadi highlight dari pasangan Andika S dan Faisal R, sang juara kali ini adalah: 5 laga yang mereka mainkan, 4 diantaranya dimenangkan dengan hanya meberi poin dibawah 27 untuk lawannya. Hanya pasangan Amed Q dan Atep yang sanggup memberikan perlawanan sengit, 36-42 dari Andika S dan Faisal R, pasangan kampiun minggu ini.

Inilah nama-nama juara Turnamen mingguan Sparta edisi Minggu, 26 Februari 2023;

Juara 1 Andika S dan Faisal R

Juara 2 Apin dan Dumai

Juara 3 Soca dan Zaki R / Arif dan Reza  Ahmad

Dan dibawah ini adalah catatan selengkapnya dari result Turnamen mingguan Sparta edisi minggu ke-8 tahun 2023;

Road to final

Bagan turnamen

Update ranking Sparta

Akumulasi perolehan medali Sparta

Sekian reportase kita kali ini. Sampai jumpa di reportase-reportase selanjutnya. Salam tepok bulu!!!


Tidak ada komentar:

Posting Komentar