"Holding a grudge doesn't make you strong, it makes you bitter. Forgiving doesn’t make you weak, it sets you free."
Dave Willis
Terkadang sulit rasanya untuk berdamai dengan emosi yang berkecamuk dan mencoba memaafkan orang yang berbuat salah kepada kita. Kemarahan yang selama ini terpendam membuat kita menyimpan dendam. Namun, tak banyak yang tahu sifat pendendam tak hanya bikin penyakit hati, tapi juga berdampak terhadap kesehatan jika terjadi dalam waktu yang lama.
Apa yang dimaksud dengan dendam?
Dendam adalah kondisi di mana seseorang menginginkan orang lain yang melakukan kesalahan terhadap diri kita menerima balasan atau konsekuensi dari kesalahannya.
Dibandingkan berusaha mengelola emosi lebih baik, orang pendendam menganggapnya suatu ancaman yang menimbulkan kondisi stres atau trauma berulang meskipun kejadian yang sesungguhnya sudah lama berlalu.
Sebetulnya, dengan memaafkan bukan berarti kita melupakan kesalahan seseorang dan membiarkan kesalahan tersebut tejadi lagi.
Memaafkan merupakan suatu cara untuk melatih pikiran kita untuk tidak terus-menerus meanggap diri kita sebagai korban dan merasa tertekan akibat kesalahan yang telah dilakukan terhadap diri kita.
Sedikit sedikit, lama-lama jadi bukit. Begitu kata pepatah. Ini juga terbukti benar pada sifat pendendam sebagai penyakit hati.
Lama-kelamaan, menyimpan dendam memengaruhi fungsi otak dan kesehatan mental keseluruhan yang akhirnya juga berdampak terhadap kesehatan fisik.
Bahaya menyimpan dendam untuk kesehatan tubuh
Berikut beberapa cara bagaimana menyimpan dendam dapat berdampak buruk bagi kesehatan.
1. Mengubah susunan hormon otak
Fungsi organ otak dipengaruhi oleh dua hormon yang saling berkaitan namun dapat bekerja berlawanan yaitu hormon kortisol dan hormon oksitosin.
Hormon kortisol biasanya dilepaskan saat kita berada di bawah tekanan mental besar, seperti saat menyimpan dendam. Sebaliknya, hormon oksitosin diproduksi ketika kita memaafkan dan saat berdamai dengan diri kita maupun orang lain.
Kedua hormon tersebut diperlukan dan keseimbangan antara keduanya menciptakan stres baik (eustress) seperti saat bekerja untuk mencapai tujuan, serta mengendalikan stres buruk (distress).
Hormon kortisol dikenal sebagai hormon yang berbahaya jika diproduksi terus-menerus dalam waktu lama. Ini tidak hanya memengaruhi kerja sistem saraf pusat namun juga kerja organ lainnya.
Sekresi kortisol berlebih juga menekan kadar hormon oksitosin yang justru diperlukan untuk kesehatan emosi dan sosial, seperti kemampuan untuk menjaga hubungan baik dengan pasangan atau orang lain.
2. Memicu gaya hidup tidak sehat
Bahaya dendam ternyata berkaitan dengan berbagai penyakit kronis. Stres berat yang dirangsang oleh rasa dendam memicu seseorang untuk kurang memperhatikan kondisi kesehatannya.
Suatu studi menunjukan kondisi temperamental yang diakibatkan menyimpan dendam menyebabkan seseorang lebih cenderung sering merokok dan memakan junk food tinggi kalori.
Kedua hal tersebut, yang apabila dijadikan kebiasaan, dapat menjadi faktor risiko dari penyakit diabetes melitus.
3. Meningkatkan risiko kerusakan jantung
Penumpukan emosi negatif sudah dikenal menjadi penyebab terjadinya tekanan darah tinggi pada seseorang, dan ini akan sangat berbahaya dalam waktu yang lama.
Sama halnya dengan munculnya emosi negatif, sifat pendendam dalam beberapa waktu dapat membuat kita selalu merasa tertekan dan marah terlebih lagi mekanisme berulang tersebut dapat meningkatkan risiko penyakit jantung.
Suatu riset yang dilakukan oleh Asosiasi Jantung Amerika sudah membuktikan bahwa menyimpan rasa marah dan dendam dapat memicu terjadinya penyakit jantung koroner yang didahului oleh kondisi tekanan darah tinggi dan arterosklerosis.
4. Memicu penyakit dengan rasa nyeri kronis
Ini berasal dari sebuah dugaan yang menyatakan bahwa individu yang menyimpan dendam lebih sering mengalami beberapa kondisi medis.
Suatu penelitian yang dilakukan pada populasi di Amerika Serikat menunjukan bahwa seseorang yang menyimpan dendam memiliki peluang 50% lebih tinggi untuk mengalami penyakit dengan rasa nyeri seperti ulserasi lambung, sakit punggung dan sakit kepala.
Peneliti juga mengambil kesimpulan bahwa menyimpan dendam berkaitan kemungkinan berakitan dengan gangguan psikosomatis.
5. Memicu penuaan dini
Mekanisme penuaan dini berkaitan dengan sekresi hormon stres berlebih. Ini terjadi saat Anda menyimpan dendam hingga menimbulkan rasa depresi dan frustrasi.
Selain gangguan emosi, tubuh merespons stres berlebih. Caranya dengan memicu penuaan dini karena adanya perubahan kromosom DNA dalam proses regenerasi untuk pembentukan sel baru.
Dengan begitu, penuaan biologis organ dalam tubuh menjadi lebih cepat.
Sebaliknya dengan memaafkan, hormon stres yang dihasilkan menjadi lebih terkendali dan diminimalisir sehingga proses respons stres dapat kembali normal.
Di bawah ini adalah pasangan-pasangan yang berhasil maju ke babak semifinal;
Grup A, Juara grup: Faisal R dan Rama Dhany, runner up grup: Herman dan Peter
Grup B, Juara grup: Alvin T P dan Dumai, runner up grup: Yudi H dan Fathur
Juara 1 Faisal R dan Rama Dhany
Juara 2 Alvin T P dan Dumai
Juara 3 Yudi H dan Fathur / Herman dan Peter
Dan dibawah ini adalah catatan selengkapnya dari result Turnamen mingguan Sparta edisi minggu ke-34 tahun 2025;
![]() |
| Road to final |
![]() |
| Bagan turnamen |
![]() |
| Update ranking Sparta |
![]() |
| Akumulasi perolehan medali Sparta |
Menyimpan dendam dapat mendatangkan kepahitan dalam hidup karena akan merusak kesehatan mental dan fisik, menghancurkan hubungan dengan orang lain dan Tuhan, serta menghalangi pertumbuhan pribadi.
Sekian reportase kali ini, Sampai jumpa lagi di reportase-reportase selanjutnya...






Tidak ada komentar:
Posting Komentar