Powered By Blogger

Minggu, 16 November 2025

Reportase Turnamen Mingguan Sparta, 16 November 2025

“If you don't heal what hurt you, you'll bleed on people who didn't cut you.” 

Isabella De Bruno

Setiap orang tumbuh membawa "bekal tak terlihat" dari masa kecil mereka. Bekal ini bukan sekadar kenangan indah atau petualangan masa kecil, tapi juga luka batin yang tanpa disadari ikut tumbuh bersama waktu. Luka-luka ini membentuk cara seseorang memandang dunia, merespons emosi, dan menjalin hubungan di masa dewasa. Sayangnya, karena tidak terlihat secara fisik, luka ini seringkali diabaikan hingga bertransformasi menjadi pola perilaku yang merugikan diri sendiri. 

Lisa Bourbeau dalam bukunya The 5 Wounds That Keep You from Being Yourself menyebutkan bahwa ada lima jenis luka batin masa kecil yang umum terbawa hingga dewasa: takut ditinggalkan, takut ditolak, penghinaan, pengkhianatan, dan ketidakadilan. Meski terdengar sederhana, dampaknya bisa sangat kompleks dalam kehidupan seseorang. 

1. Takut Ditinggalkan: Ketakutan yang Terus Membayangi

Ketika seorang anak pernah merasa diabaikan atau ditinggalkan oleh orang tua atau figur yang ia percayai, luka ini dapat mengendap hingga dewasa. Orang dengan luka ini cenderung sangat takut kesepian, mudah merasa cemas saat ditinggal sebentar, dan seringkali mengorbankan dirinya demi menjaga hubungan. Ketergantungan emosional dan rasa tidak aman menjadi pola yang terus mengulang.

Mereka hidup dalam kewaspadaan konstan, takut suatu saat orang-orang terdekat akan meninggalkan mereka. Ini bisa membuat seseorang jadi terlalu lekat dalam hubungan, atau justru menghindari kedekatan karena takut terluka lagi.

2. Takut Ditolak: Luka yang Mengikis Harga Diri

Penolakan di masa kecil, entah karena penampilan, status sosial, atau bahkan oleh keluarganya sendiri, menimbulkan luka batin mendalam. Anak-anak yang sering ditolak akan tumbuh dengan keyakinan bahwa dirinya tidak cukup layak untuk dicintai.

Akibatnya, saat dewasa, mereka menjadi pribadi pemalu, menarik diri dari lingkungan sosial, dan memiliki self-esteem yang sangat rendah. Orang dewasa dengan luka ini cenderung melihat dirinya sebagai beban, bukan berkah. Mereka takut dihakimi, takut bicara, bahkan takut terlihat.

3. Penghinaan: Kata-Kata yang Menancap di Jiwa

“Bodoh”, “jelek”, “gendut”—mungkin terdengar seperti candaan biasa, namun bagi anak-anak, kata-kata itu bisa menancap dalam. Label yang diterima sejak kecil ini, sadar atau tidak, membentuk persepsi diri seseorang. Ia tumbuh dengan rasa malu, merasa tidak berharga, dan menyimpan dendam pada citra dirinya sendiri.

Saat dewasa, luka penghinaan bisa membuat seseorang menjadi sangat sensitif terhadap kritik, atau justru jadi terlalu perfeksionis karena ingin menutupi luka harga dirinya.

4. Pengkhianatan: Luka yang Membentuk Kecurigaan

Ketika janji orang tua atau orang terdekat sering dilanggar, anak merasa tidak bisa percaya pada siapa pun. Rasa dikhianati ini menumbuhkan benih curiga dan ketidakpercayaan pada orang lain. Dalam hubungan dewasa, orang dengan luka pengkhianatan bisa menjadi posesif, mudah iri, atau sulit mempercayai pasangan.

Mereka juga rentan membandingkan hidupnya dengan orang lain, merasa hidup orang lain lebih baik karena tidak mengalami pengkhianatan seperti yang mereka rasakan.

5. Ketidakadilan: Perasaan Tak Berdaya yang Membekas

Anak-anak yang tumbuh di lingkungan kaku, penuh tuntutan, dan otoriter sering mengalami luka karena ketidakadilan. Prestasi mereka diabaikan, minat mereka dianggap tidak penting. Ini menumbuhkan rasa tak berdaya, tidak dihargai, dan hidup dalam tekanan.

Dewasa dengan luka ini bisa menjadi orang yang kaku, menilai segala sesuatu hanya sebagai “benar” atau “salah”, serta sulit menerima perbedaan. Mereka juga sering tidak peka pada kebutuhan emosional orang lain karena terbiasa memendam luka sendiri.

Manifestasi Luka Batin dalam Kehidupan Dewasa

Riset psikologis membuktikan bahwa trauma masa kecil bisa berakar dalam kehidupan seseorang. Kim et al. (2017) menemukan bahwa kejadian traumatis seperti kekerasan, pelecehan, atau pengabaian bisa mengubah cara kerja otak anak. Akibatnya, saat dewasa, trauma ini muncul dalam berbagai bentuk, di antaranya:

  1. Sulit mengatur emosi (hyperarousal): Reaksi berlebihan terhadap stres, mudah marah, atau justru menarik diri dari tanggung jawab.
  2. Sulit berkonsentrasi: Anak dengan trauma berat cenderung mengalami kesulitan belajar dan fokus, karena otaknya terus berada dalam kondisi waspada.
  3. Kesulitan menjalin hubungan: Mereka yang pernah terluka cenderung manipulatif, membutuhkan perhatian berlebih, atau sebaliknya, sangat tertutup dan takut dekat dengan siapa pun.

Berdamai dengan Masa Lalu: Bukan Lupa, Tapi Menerima

Pertanyaan pentingnya: bagaimana jika kita sendiri membawa luka ini?

Langkah pertama adalah menyadari dan menerima. Luka batin bukan sesuatu yang harus disembunyikan. Ia adalah bagian dari perjalanan kita. Dengan menerima keberadaannya, kita membuka jalan untuk penyembuhan.

Beberapa cara untuk mulai berdamai dengan inner child yang terluka antara lain:

  1. Menulis jurnal: Merekam pikiran dan emosi bisa membantu memahami luka yang belum selesai.
  2. Refleksi diri: Meluangkan waktu untuk memahami masa lalu dan bagaimana ia memengaruhi masa kini.
  3. Self-care: Memberi ruang bagi diri sendiri untuk istirahat, memaafkan, dan mencintai diri sendiri.
  4. Konsultasi dengan profesional: Psikolog atau terapis bisa membantu menggali luka yang tak terlihat dan memberi panduan penyembuhan yang tepat.

Kamu Tidak Sendiri

Banyak dari kita membawa luka masa lalu. Tapi kabar baiknya, luka itu bukan akhir dari segalanya. Kita tetap bisa sembuh, tumbuh, dan mencintai diri sendiri meski pernah terluka.

Luka batin memang tidak terlihat, tapi dampaknya nyata. Memahami, menerima, dan menyembuhkan luka itu adalah salah satu bentuk keberanian terbesar. Jadi, jika kamu sedang dalam proses berdamai dengan masa kecilmu—pelan-pelan saja. Kamu tidak sendirian di perjalanan ini.

"Bagaimana pun juga, luka-luka batin itulah yang membentuk kita menjadi pribadi saat ini. Ambillah waktu untuk mengobatinya. Bisa dengan menenangkan diri beberapa waktu atau berbicara dengan orang yang bisa dipercaya."

Semangat, ya. Kamu layak sembuh dan bahagia.

                  -----oooOOOooo-----


Kembali ke reportase...  Minggu ke-2 di Bulan November, siang hari Bandung diselimuti mendung tipis. Di beberapa wilayah katanya diguyur hujan. Salah satunya di daerah Ujung Berung, yang sedikit menghambat perjalanan Odod dan Fathur untuk tiba di GOR ABA.

Rupanya cuaca berubah dengan cepatnya, karena selanjutnya udara panas mulai menyerang. Entah mengapa tadi siang mayoritas Spartan pada datang terlambat pake banget nget nget. Padahal admin selalu tiba di GOR ABA beberapa menit sebelum pukul 12.00 WIB.  

Dari drawing penyisihan grup turney hari ini, admin mengunggulkan 3 pasangan. Mereka adalah: Rama Dhany dan Faisal R, Odod dan Fathur, dan yang ke-tiga adalah Fatoni dan Rizaldi. Dan benar saja, ketiga pasangan unggulan ini semuanya lolos ke babak semifinal.

Di bawah ini adalah pasangan-pasangan yang berhasil maju ke babak semifinal;

Grup A, Juara grup: Rama Dhany dan Faisal R, runner up grup: Odod dan Fathur

Grup B, Juara grup: Fatoni dan Rizaldi, runner up grup: Herman dan Dumai

Seperti minggu lalu, hasil pengundian babak semifinal lagi-lagi mempertemukan lagi dengan sesama penghuni grup di babak penyisihan. Pada bagan atas Fatoni dan Rizaldi mendapat perlawanan sengit dari sang runner up grup B Herman dan Dumai. Sepertinya Herman dan Dumai tidak mau mengulang kekalahan mereka dengan skor 35-42 di fase penyisihan grup. Mereka sebenarnya hampir berhasil, namun apa daya, Fatoni dan Rizaldi berhasil lebih dulu menutup pertandingan dengan skor 42-40.

Pada bagan bawah Rama Dhany dan Faisal R tanpa kesulitan berarti, berhasil mengirim pulang Odod dan Fathur dengan skor yang sama pula ketika di fase penyisihan grup, yaitu 42-24.

Sama seperti minggu lalu, babak final mempertemukan juara grup A dan juara grup B.  Rama Dhany dan Faisal R VS Fatoni dan Rizaldi. Awal set pertama dibuka dengan cukup imbang. 4 orang yang tampil di babak final memiliki tipe permainan yang berbeda, sehingga sangat menarik untuk ditonton. Namun drama saling susul menyusul poin hanya terjadi singkat saja, setelah skor 3-3 Rama Dhany dan Faisal R mulai gass pol leading meninggalkan perolehan poin lawannya. Mulai dari leading 3 poin, lalu leading 4 hingga 6 poin. Yang konsisten dijaga sampai set pertama berakhir 21-16 untuk keunggulan sementara Rama Dhany dan Faisal R.

Tak ada perubahan taktik tdan pola permainan yang signifikan Fatoni dan Rizaldi. Mereka masih bermain dengan pola yang sama, sedikit monoton. Begitu juga dengan Rama Dhany dan Faisal R. Namun dengan versi yang lebih taktis dan agresif. Set ke-2 Fatoni dan Rizaldi hanya berhasil menambah 12 poin saja. Rama Dhany dan Faisal R menuntaskan final kali ini dengan skor sangat meyakinkan 42-28. 

Rama Dhany dan Faisal R sukses mengulang kemenangan mereka saat berpartner di minggu ke-34 waktu di final mengalahkan Alvin T dan Dumai. Dan kini di minggu ke 40 Rama Dhany dan Faisal R berhasil jadi juara lagi. 

Inilah nama-nama yang menjadi juara minggu ini, 16 November 2025;

Juara 1 Rama Dhany dan Faisal R

Juara 2 Fatoni dan Rizaldi

Juara Herman dan Dumai / Odod dan Fathur 

Dan dibawah ini adalah catatan selengkapnya dari result Turnamen mingguan Sparta edisi minggu ke-40 tahun 2025;

Road to final

Bagan turnamen

Update ranking Sparta


Akumulasi perolehan medali Sparta


Secara emosional, luka hati dapat membuat seseorang menjadi mudah marah, sulit percaya pada orang lain, tidak percaya diri, dan seringkali mengulangi pola perilaku yang merugikan diri sendiri. 

Sekian reportase kali ini, Sampai jumpa lagi di reportase-reportase selanjutnya..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar